Senin, 25 Juni 2018

Lele organik, Resirkulasi, Dan Ozonier


Lele Organik, Resirkulasi, Enzim Dan Ozonizer
Oleh : Muhammad Ridho
Definisi organik dari beberapa literatur bahwa Organik adalah sesuatu yang dibudidayakan, diproduksi tanpa melibatkan bahan-bahan kimia dengan standard tertentu.
Lele organik bisa diproduksi jika dimulai dari benih. Pemilihan benih adalah langkah awal memulai. Sejak dari pemeliharaan induk, proses pemijahan hingga terbentuk larva

Resirkulasi
Resirkulasi adalah sistem yang ter-integrasi dalam pengolahan kotoran ikan, sisa pakan, senyawa gas beracun hasil dari kotoran ikan. Proses air yang kembali kekolam tetap stabil, sehingga bakteri pathogen tidak berkembang, daya stamina ikan meningkat dan tingkat kematian dapat diminimalisir.
Kolam yang ideal adalah kolam yang bisa mengatur air sebagai habitat ikan. Resirkulasi adalah salah satu sistem menuju budidaya lele organik. esirkulasi mampu meningkatkan kadar DO dan menekan amoniak yang berasal dari feses ikan, mengurangi bau kolam dan bisa tidak dilakukan pergantian air hingga panen.
Sistem resirkulasi sudah lama digunakan di Eropa, juga di Indonesia (Panji Purnama, Ciamis. Aleks, Bogor. H. Badri, Jember. Aswin, Jogja. Rosihin Jombang. Heru, Purworejo. Dan banyak lagi)
Parameter sistem resirkulasi.
1.     Menghemat dalam penggunaan air dan lahan.
2.     Menekan gangguan iklim ekstrim
3.     Menekan gangguan hama dan predator.
4.     Budidaya memanfaatkan teknologi, bukan tradisional
Resirkulasi adalah sistem treatment air dengan biaya lebih efisien, rseirkulasi menekan
1.     Ammonia, nitrit, CO2, dan meningkatkan kelarutan O2 dalam air.
Kotoran dikeluarkan dari anus dan ammonia melalui insang, akan terdekomposisi oleh bakteri. Inilah biang amoniak, amoniak inilah harus secepatnya dibuang. Kotoran padat, kotoran halus dan kotoran berupa minyak, sulfur (H2S) dan gas (CO2).
Kotoran padat ini akan mengendap di dasar kolam. Endapan akan mengalami dekomposisi sehingga air dan kotoran bersifat koloid (seperti air susu) , kotoran larut dengan air.
Kotoran yang halus dan kotoran minyak akan sulit dibersihkan dengan cara mekanis biasa. Karena kotoran tersebut melayang diair disebabkan karena air sudah bersifat koloid.
Untuk melepas ikatan koloid tersebut dengan diberi kocokan udara dari bawah air sehingga ikatan koloidnya akan pecah menjadi gumpalandan terjebak dalam busa udara. Busa inilah yang dibuang melalui saluran pembuangan.
Caranya dengan menjebak kotoran, minyak, kedalam busa foam fractionator yang berfungsi merubah sifat air kolam dari koloid menjadi bersifat campuran dan mudah mengendap. Foam fractionator menjadikan air keruh jadi jernih.
Pengendalian amoniak, nitrit bisa diminimalisir melalui filter biologis, air dari kolam dilewatkan dengan diberi arus dengan kombinasi udara agar kontak dengan media filter. Media filter biologis biasanya memiliki rongga agar bidang kontak dengan air menjadi lebih lesluasa. Di rongga inilah bakteri pengurai hidup dan berkembang karena memakan nitrogen yang terdapat dalam air. Contoh media filter bologis adalah plastic ring. Filter biologis merupakan komponen terpenting dalam system resirkulasi.
Jenis filter biologis : Rotating biological contractor, trickling filter, submerged biological filter, buble bead dan lain-lain .
Ini merupakan filter mekanis sekaligus berfungsi sebagai filter biologis, media filter ini didalamnya dapat menjadi tempat hidup dan berkembangnya bakteri pengurai.
2.     Pembuangan gas
Gas CO2 harus dibuang karena racun biota air. Membuang gas ini dilakukan dengan membuat pancuran diatas kolam atau mengalirkan air. Dengan ini kandungan H2S (sulfur), ammonia juga ikut menguap ke udara.
3.     Oksigenasi
Sebelum air kembali ke kolam kelarutan O2 harus dinaikkan agar konsumsi O2 tercukupi. Cara meningkatkan kelarutan O2 dapat dengan metode ventury, pancuran, aerator difusser, nanobubble atau microbubble.
4.     Desinfeksi
Desinfeksi diperlukan sebelum air masuk kembali ke kolam. Desinfeksi yang digunakan diantaranya menggunakan lampu ultra violet. Air yang kembali ke dalam kolam dilewatkan pipa yang diselubungi lampu ultraviolet, bakteri yang terkena radiasi sinar ultra violet akan mati.
Ozonizer
Ozon (O3) merupakan oksidator kuat. Dapat membunuh bakteri dalam air ekstrim keruh. Semakin lama kontack O3 dengan air semakin efektif membunuh bakteri. Akan tetapi semua bakteri yang kontak dengan O3 akan mati termasuk bakteri yang diperlukan dalam kolam. Gas O3 juga berbahaya karena ikan akan terkena iritasi insang. Membutuhkan akurasi pemakaian mesin O3.
Melirik sistem resirkulasi menjadi alternatif. Pembudi daya ikan tidak butuh pergantian air, memanfaatkan air yang ada untuk di proses secara kimiawi agar dapat terus menjadi habitat ikan. Di sini, kita me manfaatkan teknologi menjadikan air selalu layak untuk tempat ikan berkembang.
Resirkulasi tempatnya terbatas. Karakter kanibal lele akan memangsa ikan yang kecil dan resirkulasi meminimalisir masalah kanibalisme ini.
Cara kerja resirkulasi adalah air di dalam kolam dialirkan ke saluran pembuangan. Di saluran ini, kotoran ikan akan tertinggal. Di wadah ini, feses akan menggumpal dibawah air, disedot ke reaktor. Reaktor ini berisikan bakteri pemakan nitrat.
Sistem resirkulasi banyak fungsinya, diantaranya :
1.     Menurunkan kadar amoniak. Jika anda ingin kadar amoniak hingga 0,1% hanya resirkulasi lah sistem yang bisa diandalkan.
2.     Hemat air, terutama bagi yang menggunakan air PDAM, sistem resirkulasi yang paling memungkinkan tidak melakukan pergantian air hingga panen. Hanya melakukan penambahan sedikit air karena terjadi penguapan air.
3.     Disamping mesin micro-bubble atau nano-bubble, resirkukasi juga mampu meningkatkan kadar O2 didalam air.
4.     Jika kolam juga difungsikan untuk aquaponik, resirkulasi mempercepat melemparkan zat chlorfil dari akar tanaman kedalam kolam ikan.
5.     Arang aktif dan batu zeolit tidak akan berfungsi jika tidak menggunakan sistem resirkulasi.
6.     Resirkulasi butuh bak filter, dalam bak filter juga bisa dibudidayakan zooplankton. Zooplankton menghasilkan nutrisi yang disebut leusin. Nutrisi leusin adalah nutrisi yang paling dibutuhkan disamping protein bagi ikan. Zooplankton juga sebagai makan dhapnia. Daphnia sebagai pakan yang baik bagi larva ikan. (Info dari Peternak Heru Wdyarto Purworejo, Jateng)
7.     Resirkulasi sebagai pengendali kecerahan air dan debit air.
8.     Bak filter menghemat biaya listrik dan penggunaan mesin-mesin seperti mesin nanobubble, mesin ATM, mesin aerator, mesin pompa. Bayangkan biayanya jika setiap kolam  ditaruh 1 mesin. Investasi yang mahal.
9.     Resirkulasi dengan kecepatan 1 liter permenit sudah ideal. Dan penggunaan pompa celup 100 watt sudah cukup untuk ukuran kolam 25m2 sd 50m2. Pompa celup cukup tahan terhadap panas. (Heru Widyaro Purworejo, Jateng) Kecepatan ideal ditentukan dari luas kolam, kepadatan tebar, kualitas mutu air (amoniak, bacteri pathogen, temperatur, nitrat, nitrit dan banyak parameter lainnya)
10.   Managemen air
Air sebagai habitat utama ikan. yang harus diminimalisir kandungan pada air adalah bacteri patogen, zat besi, merkuri, timbal, jamur, virus yang bisa menghambat bahkan membunuh biota dalam air. Salah satu teknologi terbaru untuk membunuh bacteri secara drastis adalah dengan melakukan ozonisasi dengan menggunakan mesin Agroculture Treatment  Machine (ATM)
4.     Managemen pakan
Riset rekayasa bioteknologi pada teknologi nutrisi untuk meningkatkan produktivitas budidaya adalah bertujuan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan pakan yang merupakan bagian terbesar dalam unsur biaya dan penelitian, uji coba tengah berlangsung dimana-mana.
Uji lapangan lele segmen pembesaran saat ini dengan menggunakan
1.     Enzim (enzimatis)
2.     Steam (pakan dikukus) selama 20 menit setelah air mendidih. (enzim tidak rusak dan yang mampu bertahan di suhu 250″C.
3.     Pakan di fermentasi selama 24jam (an-aerob)
(Enzim berbasis fitase, lipase, amilase, selulose, protease)
Pemberian pupuk kolam fermentasi pada persiapan kolam (awal tebar) berguna untuk menciptakan pakan alami. Pemanfaatan pupuk kolam dapat menekan FCR, pada awal tebar benih tidak perlu diberi pakan 5-7 hari.
Uji lapangan
Pemilik                         : H. Badri
Lokasi                          : Kec. Sumber Baru Kab. Jember
Strain                            : Masamo
Padat tebar                  : 800 ekor/m2
Jenis kolam                 : Tanah
Jumlah bibit                 : 40.000 ekor
Ukuran tebar                : 5-7
Pakan                            : Pelet protein 27% + Enzim + 1unit mesin ATM V-01 dan pupuk kolam.
Jenis pelet                    : Apung protein 27%
Takaran enzim             :  2 ml enzim untuk 1kg pakan.
Vitamin lele                  :  25 gram per-kg pakan, diberikan tiap pemberian pakan
Jumlah kolam              :   6 buah, tinggi air 90 cm
Setiap 10 hari ikan dipuasakan dan ransum hanya diberikan daun kates dan daun singkong yang perlakuan sama (diberi enzim, ditreatment dengan mesin ATM, dikukus 29 menit dan difermentasi 48 jam)
Perihal enzim :
Enzim berperan merubah partikel menjadi molekul melalui proses biokimia.
Penambahan enzim akan membantu kecernakan pakan dalam usus ikan, peningkatan mutu pakan, enzim menentukan keberhasilan metabolisme, meningkatkan TDN dan energy termetabolisme.
Keterlibatan enzim dalam meningkatkan mutu pakan :
(a) Ikan menjadi kuat, gempal dan sehat.
(b) Memicu pertumbuhan sel tubuh.
(c) Sistem kekebalan tubuh lele meningkat.
(d) Resiko pencemaran amonia menjadi berkurang akibat pakan yang tidak terserap dan dari feces lele.
(e) Kwalitas air menjadi lebih baik. Pertumbuhan ikan akibat aktivitas enzim mampu mencerna dalam usus lele dengan baik.
Penambahan enzim melalui pakan meningkatkan pertumbuhan 20%-40%, aplikasi enzim dalam pakan ikan sangat efektif  karena respon positif dari ikan
Aplikasi enzim dalam pakan lele ini mempunyai 3 skema keunggulan, yaitu:
(a) Memperpendek masa pemeliharaan normal dengan jenis pakan dibawah standar.
(b) biomasa ikan yang sama dapat dica
(c) Membaiknya biota air sebagai habitat ikan dan mengurangi bau busuk air kolam akibat perombakan mikro organisme dan secara komprehensif mengurangi pencemaran lingkungan air.
Perihal mesin ATM (Ozon)
Sistem ozonizer dengan menggunakan mesin ATM adalah mengadopsi sistem di USA dan Eropa. Di Indonesia pemanfaatan mesin ATM mulai dilakukan pada tahun 2014. Info detail tentang mesin atm ini bisa anda telusuri artikelnya di situs boosterfish.com ini dengan judul :
Kelebihan sistem organik
Meningkatkan pertumbuhan ikan antara 20-40%.
Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan
Meningkatkan kesehatan ikan.
Mengurangi resiko polutan lingkungan akibat pakan tersisa atau feses yg menjadi amoniak.
Hasil uji coba diatas dengan mennggunakan enzim pada pakan berprotein 27% dan mesin ATM.
Waktu panen
Panen ke-1                  : Hari ke 45 sebanyak 20%
Panen ke-2                  : Hari ke 57 sebanyak 50%
Panen ke-3                  : Hari ke 72 sebanyak 30%
Mortalitas                   :  0,5 % (mati 217 ekor)
FCR                              :  0,98
Kesimpulan
Enzimatis, ozonizer, pengukusan dan fermentasi pada penggunaan pelet berprotein rendah masih mampu menghasilkan kinerja pakan yang baik dan uji coba yang sudah dilakukan sebelumnya dengan pakan pabrik protein 31% dengan perlakuan yang sama mampu menghasilkan FCR 0,7-0,8
Saran
Lebih profit lagi jika pakan dibuat sendiri dan tentu mengetahui formulasi dan mutu yang tepat untuk pakan lele. Jika pelet untuk dikonsumsi sendiri pembuatannya bisa secara sederhana walaupun tanpa mesin ekstruder pelet bisa apung selama 30 menit hingga 60 menit.


0 komentar:

Posting Komentar